WOUND HEALING / PENYEMBUHAN
LUKA
By : Galih Dwi Jayanto, S.ked
FK UII Yogyakarta 2012
Luka adalah suatu gangguan
diskontinuitas jaringan.
Gambar 1. 3 Fase dari wound
healing
Fase
inflamasi
Fase inflamasi berlangsung pada hari ke
0 – 5 setelah terjadi cidera. Kerusakan sel memicu reaksi vaskuler kompleks pada
jaringan ikat yang terdapat pembuluh darah. Hal ini berguna sebagai proteksi
terhadap jaringan yang mengalami kerusakan untuk tidak mengalami infeksi serta
meluasnya luka secara tidak terkendali. Tanpa adanya proses inflamasi maka tidak
akan terjadi suatu proses penyembuhan luka (wound healing). Luka (wound)
mengakibatkan diskontinuitas/ kerusakan struktur jaringan dan menimbulkan perdarahan.
Darah keluar dari pembuluh darah yang rusak sehingga mengisi jaringan yang cedera
dan terjadi degranulasi trombosit serta diikuti oleh pengaktifan faktor
Hageman. Kemudian terjadi pengaktifan komplemen kinin, kaskade pembekuan dan
pembentukan plasmin (akan dibahas lebih rinci di lain waktu).
Gambar
2. Kascade pembekuan darah (hemostasis)
Situasi
ini memperkuat sinyal (kemotaktik) dari daerah terluka, yang tidak saja
mengaktifkan pembentukan bekuan darah yang menyatukan tepi luka tetapi juga
akumulasi dari beberapa mitogen dan menarik zat kimia ke daerah luka. Pembentukan
kinin dan prostaglandin menyebabkan efek vasodilatasi yang diikuti oleh peningkatan
permeabilitas dari pembuluh darah berlanjut kepada suatu keadaan yang bernama
edema atau pembengkakan. Sel PMN netrofil adalah sel pertama yang menuju ke
daerah luka yang berperan sebagai peran utama dalam mekanisme early inflamation. Neutrofil meningkat dengan
cepat dan mencapai puncak pada 24–48 jam. Netrofil ini dengan gesit
memfagositosis serta mencerna organisme patologis dan sisa jaringan yang nekrotik.
Kondisi yang steril/ tidak terjadi infeksi, netrofil berumur pendek dan
jumlahnya menurun dengan cepat setelah hari ketiga.
Elemen imun seluler berikutnya termasuk
dalam late inflamation adalah
makrofag dan limfosit. Makrofag merupakan turunan dari monosit yang
bersirkulasi, terbentuk karena proses kemotaksis dan migrasi. Dia muncul
pertama pada 48 – 96 jam setelah terjadi luka dan mencapai puncak pada hari ke
3. Makrofag akan tetap ada di dalam luka sampai proses penyembuhan berjalan
sempurna. Sesudah makrofag akan muncul limfosit T dengan jumlah bermakna pada
hari ke 5 dan mencapai puncak pada hari ke 7. Makrofag dan limfosit T penting
keberadaanya pada penyembuhan luka normal. Makrofag melepas faktor pertumbuhan
dan substansi lain yang mengawali dan mempercepat pembentukan jaringan
granulasi.
Gambar 3. Gambaran wound
healing
Fase
proliferasi
Fase ini terjadi pada hari ke 3 – 14.
Fase proliferasi ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi pada luka. Ciri
jaringan granulasi adalah berwarna merah cerah, lembab, lembut jika disentuh,
dan memiliki penampilan yang bergelombang. Jaringan granulasi merupakan kombinasi
dari elemen seluler termasuk fibroblas dan sel inflamasi, bersamaan dengan
timbulnya kapiler baru tertanam dalam jaringan longgar ekstra seluler dari matriks
kolagen, fibronektin dan asam hialuronik. Fibroblas muncul pertama kali secara
bermakna pada hari ke 3 dan mencapai puncak pada hari ke 7. Peningkatan jumlah
fibroblas pada daerah luka merupakan kombinasi dari proliferasi dan migrasi.
Fibroblas ini berasal dari sel-sel mesenkimal lokal yang berhubungan
dengan
lapisan adventisia, pertumbuhannya dipacu oleh sitokin yang diproduksi oleh
makrofag dan limfosit. Fibroblas merupakan elemen utama pada proses perbaikan
untuk pembentukan protein struktural. Fibroblas juga memproduksi kolagen dalam
jumlah besar, kolagen ini berupa glikoprotein berantai tripel, unsur utama
matriks ekstraseluler yang berguna membentuk kekuatan pada jaringan parut.
Kolagen pertama kali dideteksi pada hari ke 3 setelah luka, meningkat sampai
minggu ketiga. Kolagen terus menumpuk sampai tiga bulan. Proses proliferasi
fibroblas dan aktifasi sintetik ini dikenal dengan fibroplasia.
Revaskularisasi dari luka terjadi
secara bersamaan dengan fibroplasia. Tunas kapiler tumbuh dari pembuluh darah
yang berdekatan dengan luka. Pada hari ke 2 sel endotelial pembuluh darah mulai
bermigrasi sebagai respon stimuli angiogenik. Proses ini terjadi dari kombinasi
proliferasi dan migrasi. Sitokin merupakan stimulan potensial pada
neovaskularisasi, termasuk asidic fibroblast growth factor (aFGF), epidermal
fibroblast growth factor (eFGF), bFGF dan TGF α β.
Pada permukaan luka juga terjadi
pembentukan epitel beberapa jam setelah luka. Sel epitel tumbuh dari tepi luka,
bermigrasi ke jaringan ikat yang masih hidup. Epidermis segera mendekati tepi
luka dan menebal dalam 24 jam setelah luka. Ikatan sel basal dari dermis di
dekatnya menjadi longgar. Sel basal membesar dan bermigrasi ke permukaan luka.
Sel basal membelah cepat dan bermigrasi dengan pergerakan menyilang satu dengan
yang lain sampai defek yang terjadi tertutup semua. Ketika sudah terbentuk
jembatan, sel epitel berubah bentuk menjadi lebih kolumner dan meningkat
aktifitas mitotiknya. Proses reepitelisasi sempurna terjadi kurang dari 48 jam
pada luka sayat yang tepinya saling berdekatan dan memerlukan waktu lebih
panjang pada luka dengan defek lebar. Stimulator reepitelisasi ini belum
diketahui secara lengkap. Faktor yang diduga berperan adalah EGF, TGFβ, bFGF,
PDGF dan insulin like growth factor (IGF λ).
Fase
maturasi
Fase ini berlangsung dari hari ke 7
sampai dengan 1 tahun. Segera setelah matriks ekstrasel terbentuk dimulailah
reorganisasi. Pada mulanya matriks ekstrasel kaya akan fibronektin. Terjadi
migrasi sel substratum dan pertumbuhan sel ke dalam, penumpukan kolagen oleh
fibroblas. Terbentuk asam hialuronidase dan proteoglikan dengan berat molekul
besar berperan dalam pembentukan matriks ekstraseluler dengan konsistensi
seperti gel dan membantu infiltrasi seluler. Kolagen berkembang cepat menjadi
faktor utama pembentuk matriks. Serabut kolagen pada permulaan terdistribusi
acak membentuk persilangan dan beragregasi menjadi bundel fibril yang secara
perlahan menyebabkan penyembuhan jaringan dan meningkatkan kekakuan dan
kekuatan ketegangan. Sesudah 5 hari periode jeda, dimana saat ini bersesuaian
dengan pembentukan jaringan granulasi awal dengan matriks sebagian besar
tersusun dari fibronektin dan asam hialuronidase, terjadi peningkatan cepat
dari kekuatan tahanan luka karena fibrogenesis kolagen. Pencapaian kekuatan
tegangan luka berjalan lambat. Sesudah 3 minggu kekuatan penyembuhan luka
mencapai 20% dari kekuatan
akhir.
Bagaimanapun, kekuatan akhir luka tetap lebih lemah dibanding dengan kulit
utuh, dengan kekuatan tahanan maksimal jaringan parut hanya 70 % dari kulit
utuh.
Pengembalian kekuatan tegangan berjalan
perlahan karena deposisi jaringan kolagen terus menerus, remodeling serabut
kolagen membentuk bundel kolagen lebih besar dan perubahan dari cross
linking inter molekuler. Remodeling kolagen selama pembentukan jaringan
parut tergantung pada proses sintesis dan katabolisme kolagen. Degradasi
kolagen pada luka dikendalikan oleh enzim kolagenase. Kecepatan sintesis
kolagen mengembalikan luka ke jaringan normal terjadi dalam waktu 6 bulan
sampai 1 tahun. Remodeling aktif jaringan parut akan terus berlangsung sampai 1
tahun dan tetap berjalan dengan lambat seumur hidup.
Pada
proses remodeling terjadi reduksi secara perlahan pada vaskularisasi dan
selularitas jaringan yang mengalami perbaikan sehingga terbentuk jaringan parut
kolagen yang relatif avaskuler dan aseluler.
terima kasih ya, saya jadi faham...
BalasHapusokee, u are welcome guys...
BalasHapusMakasih kakak GDJ
BalasHapusmau tanya referensi text book atau jurnal dong soal hari puncak fibroblast dan limfosit, terima kasih
BalasHapusreferensi nya mana yah ???
BalasHapusTerima kasih.... Awal2 merasa takut tp setelah tahu penjelasan diatas jadi lega
BalasHapus